BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas
terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari,
prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga
digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau
pun pemasaran.
Dalam praktek, psikoterapi dilakukan dengan
percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat mengubah pandangan,
keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini sering tidak kita
sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat berubah menjadi
berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain, kemudian dapat
menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat menjadi gembira
setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang dipercayainya.
Bila kita amati contoh-contoh itu, akan
timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap mereka
sehingga dapat terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang
dilakukan ialah pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara
lain dengan memberi nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan
otoritas untuk mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb.
Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan padasaat yang tepat,
dengan cara yang tepat, oleh orang yang mempunyai
cukup pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat dilakukan oleh banyak
orang.
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah
menyadari bahwa psikoterapi berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan
pikiran dan perasaan, dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a
person to whom a sufferer tells things; and out of his or her listening, the
healer develops the basis for therapeutic interventions. The good listener is
the best physician for those who are ill in thought and feeling). Oleh
karena itu dahulu psikoterapi sering disebut sebagai the talking cure.
Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan tersendiri, sebagai
pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking
cure tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus
yang dapat diajarkan dan dipelajari.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan psikoanalisis?
2.
Bagaimana
tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
menjelaskan tentang tokoh Psikoanalisis.
2.
Untuk
menjelaskan pengertian psikoanalisis.
3.
Untuk
menjelaskan tingkat kehidupan mental menurut Sigmund Freud.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Prisikologi
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para
ahli. Antara lain yaitu bahwa psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang
menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih
khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang
pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat
gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa
psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik
psikologik untuk menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Psikoterapi disebut sebagai pengobatan,
karena merupakan suatu bentuk intervensi, dengan berbagai macam cara dan metode
– yang bersifat psikologik – untuk tujuan yang telah disebutkan di atas,
sehingga psikoterapi merupakan salah satu bentuk terapi atau pengobatan
disamping bentuk-bentuk lainnya dalam ilmu kedokteran jiwa khususnya, dan ilmu
kedokteran pada umumnya.
Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, talking cures telah digunakan orang sejak berabad yang
lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter pada abad pertama Masehi,
menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk pasien-pasiennya dan mengubah
ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini, dalam terapi kognitif (salah
satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara berpikir yang irasional pada
pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar kemudian dapat mengatasinya
sendiri.
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad
ke-sembilanbelas, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian
berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat
dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek
sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau
menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi.
2.2
Jenis-Jenis Psikoterapi
A. Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai, psikoterapi dibedakan atas :
1. Psikoterapi Suportif :
Tujuan :
1.
Mendukung
funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
2.
Memperluas
mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik
3.
Perbaikan
ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
4.
Cara
atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis,
desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2 Psikoterapi Reedukatif :
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan
kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight) akan
konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan
Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.),
psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
B. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri
atas:
”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya
kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang
nirsadar atau materi yangdirepresi.
“mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal
atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
C. Menurut teknik yang terutama digunakan,
psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara lain
psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant
conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
D.
Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat
dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan
mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi);
psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif
automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa
ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam
kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori
belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep
psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
E.
Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan
kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi
kelompok). Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di
antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi
keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan
sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien.
Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi.
Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau
delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya
bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan
analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang
berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan
zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta
dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.
F.
Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya,
psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis
transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling
non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl,
dll.
G.
Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya
narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan
peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
H. Yang
belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai
antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.
2.3
Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria,
oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin
ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya
psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik
penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu:
1.
Psikoanalisis
adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor
psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa,
2.
Psikoanalisis
adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar),
3.
Psikoanalisis
adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle
& Ziegler, 1992)yaitu:
1.
Teori
mengenai kepribadian & psikopatologi,
2.
Metode
terapi untuk gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran &
perasaan individu yang tidak disadari.
Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain
yaitu:
1.
Psikologi
dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa yang tidak
dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam kesadaran
dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam,
2.
Psikodinamika,
karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik yang tunduk pada
hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar energi.
Adapun contoh dari
Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme pertahanan
diri.
A. Tingkat Kehidupan Mental
Freud
mengemukakan bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam
sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua
tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1. Alam Tidak
Sadar
Alam tidak sadar
(unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang
tidak kita sadari tetapi ternyata ,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan
kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita
tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya,
seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita
tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang
bisa saja bersifat tidak rasional.
Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak
sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya alam tidak
sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan
ucap (slip tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai
represi (repression).
Mimpi adalah sumber yang kaya akan
materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman masa
kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi
boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Alam Bawah
Sadar
Alam bawah sadar (preconscious) ini
memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam
kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,1933/1964).
Isi
alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu:
a. Persepsi
sadar (conscious perception)
Persepsi dari seseorang, secara sadar
dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi focus
perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat keluar masuk antara
alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran yang bebas dari
kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu
dengan lainnya.
b. Gambaran-gambaran
bawah sadar adalah alam tidak sadar.
Freud meyakini bahwa pikiran
bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah sadar
dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak kita sadari, karena
ketika kita menyadari bahwa gambaran itu datang dari alam tidak sadar maka
kita akan merasa cemas, sehingga sensor akhir akan menekan gambaran itu
dan mengembalikannya ke alam tidak sadar. Sedangkan ada beberapa gambaran
yang masuk ke alam sadar karena dapat bersembunyi dengan baik dalam bentuk
mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3. Alam Sadar
Alam
sadar (conscious) didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang
setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan
mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh
pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a.
Melalui
system kesadaran perceptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada
dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus
dari luar.
b.
Melalui
struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari
alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi
terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu
tiba di alam sadar, maka gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam
bentuk perilaku-perilaku yang defensifatau dalam bentuk mimpi.
B. Wilayah Pikiran (Id, Ego,
dan Superego)
1. Id
Psikologi Freud bertitik tolak dari dunia
nyata, dunia yang penuh dengan benda-benda. Diantara ada objek yang sangat
khusus yaitu organisme. Salah satu bagian terpenting dari suatu organisme
adalah sistem saraf yang memiliki karakter sangat peka terhadap apa yang
dibutuhkan. Ketika manusia lahir, sistem syarafnya hanya sedikit lebih baik
dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Id adalah istilah yang
diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu” (the it), atau komponen yang
tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian.
Id tak punya kontak dengan dunia nyata,
tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan
hasrat-hasrat dasar. Id berfungsi untuk memperoleh kepuasan dan sekjalan dengan
prinsip kesenangan. Sistem syaraf, sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan
satu organisme menjadi daya motivasional yang disebut sebagai insting atau
nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Kebutuhan yang menjadi
keinginan disebut proses primer.
Contohnya bayi yang baru lahir akan tetap
mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting susu, karena ia akan memperoleh
kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak dengan kenyataan
maka bayi itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan mengisap jempol tidak akan
membantunya bertahan hidup.
2. Ego
Ego
atau saya adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan
realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak, sedang
keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti. Di seputar alam sadar ini,
selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi, sebagian id berubah
menjadi ego (aku). Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia
melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan
keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang
dibutuhkan organisme. Proses ini disebut proses sekunder.
Tidak seperti id, ego berfungsi
berdasarkan prinsip-prinsip realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme
berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan dalam kenyataan.
3. Superego
Dalam psikologi Freudian, superego mewakili
aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh
prinsip-prinsip moralistis dan idealis yang berbeda dengan
prinsip kesenangan dari Id dan prinsip realistis dari ego.
Ketika ego berusaha membuat id tetap senang,
di sisi lain dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Segala objek
dunia nyata yang menghalangi dan mendukungnya inilah yang kemudian menjadi
superego. Superego memiliki dua sisi:
1.
Nurani
merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan.
2.
Ego
ideal yaitu berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada
anak-anak.
Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis
menurut Freuds
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan
jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan
tak-sadar (unconscious).Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk
mendiskripsi unsur cermati (awareness)dalan setiap event mental seperti
berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik
kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923
Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego.
Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi
atau tujuannya (lihat representasi grafik struktur kepribadian pada Gambar 1.
Enam elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:
a) Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang
kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari
kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk
kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil
proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi
kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious,
dan segera tertekan
kedaerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah
perhatiannya ke weyang lain.
b) Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available
memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan
taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan
clanunconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau
sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak
sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk
simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
c) Tak
Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam
dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa
manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah
abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu
berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan
pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu
memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran,
pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak disadari.
Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang
terus-menerus dimodifikasi oleh Freud selama 50 tahun terakhir hidupnya,
terdiri atas tiga komponen pokok;
1)
satu
komponen dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai
sistem energi yang cair;
2)
satu
komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga
struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan
perilaku; dan
3)
satu
komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari
satu tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah
tubuh yang sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik
psikologis tertentu.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas
terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik.
Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi
dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud sendiridilahirkan di Moravia
pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23September 1939.
Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan
Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya.
Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan
menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis
dan memilih suatu nama baruuntuk menunjukan ajaran mereka.
3.2
Saran
Dalam makalah ini, kami menyadari masih
terdapat kelemahan-kelemahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan
masukan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Atas
saran dan masukannya, kami selaku penulis makalah mengucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Kaplan H.I. & Sadock BJ Psychotherapies,
in Comprehensive Textbook of Psychiatry, Chapter 31, Eight Edition, Vol.2,
William & Wilkins, Baltimore, 2004, 1767-70.
Gabbard G.O. Individual Psychotherapy, in
Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice – The DSM – IV Edition, American
Psychiatric Press, 2000, 91-5.
Lubis DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara
Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai Penerbit FKUI, 2005: 10-12
Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi,
Balai Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9.
Gabbard GO. Long-Term Dynamic Psychotherapy,
American Psychiatric Press, 2004, 91-5.
Jackson SW. The Listening Healer in the
History of Psychological Healing. Am J of Psychiatry: Dec. 1992
Green B. Psychotherapy, in Problem-based
Psychiatry, Churchill Livingstone, Medical Division of Pearson Professional
Ltd., 1996, 140-3.
Wolberg L.R. What is Psychotherapy?
in The Technique os Psychotherapy, Part One, Grune & Stratton, New
York, San Fransisco, London,1977, 3-4, 15-6
Lubis D.B. Wawancara Psikiatrik, dalam
Pengantar Psikiatri Klinik, Balai Penerbit FKUI,
1989, 58-9, 97, 106, 112.
Janis I.L. Problems of Short-term Counseling,
in Short-term Counseling, Yale University Press, New Haven and London, 1983,
8-10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar