BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu Kepastian
dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan filsafat dimulai dari
keduanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan
apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang tak terbatas ini.
Demikian juga filsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk
berterus terang berapa jauh sebenarnya kebenaran yang di cari telah kita
jangkau (Suriasumantri, 2007).
Filsafat, sebagai mana dengan ilmu lainya dapat dipelajari
dengan berbagai cara . Ada dua cara mempelajari filsafat yaitu: secara historis
dan secara sistematis Mempelajari filsafat secara historis artinya mempelajari
perkembangan filsafat sejak awal sampai sekarang, sedangkan mempelajari
filsafat secara sistematis artinya, mempelajari isinya yaitu bidang bidang
pembahasan yang diatur dalam bidang bidang tertentu dalam filsafat tersebut.
Ada keunikan dalam mempelajari filsafat. Setiap bidang
filsafat tidak merupakan bidang yang bidang yang deskrit dalam arti yang
terpisah secara mutlak melainkan setiap bidang bersifat korelatif yang memiliki
titik singgung dengan bidang bidang lainya.
Filsafat menyerupai lingkaran geometri. Titik awal pikiran
filsafat seperti salah satu titik yang tak terhingga, tiap titik dapat
digunakan sebagai titik awal dan tidak satupun sungguh – sungguh memuaskan
sebagai permulaan, karena tiap tiap titik sebagai titik sebagai titik lingkaran,
tergantung pada semua titik lingkaran lainya, seperti halnya juga titik
tergantung pada titik titik lainya, dan juga titik titk lingkaran tergantung
pada titik lainya. Demikian juga tiap masalah filsafat tertangtung pada masalah
filsafat lainya.
Filsafat dapat dijadikan landasan berfikir untuk mengambil
keputusan dalam pekerjaan , demikian juga filsafat dapat dijadikan landasan
berpikir dalam pemilihan materi pembelajaran, penyusunan program dan pencarian
method dalam pembelajaran.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
Pengertian Pokok Tentang Filsafat dan Cabang- cabang filsafat ?
2.
Apa Pengertian Pengetahuan ?
3.
Bagaimanakah Asumsi Dasar dan Ciri-ciri
Ilmu ?
4.
Bagaimana Ilmu dan Filsafat
1.3. Tujuan
5.
Mengetahui
Pengertian Pokok Tentang Filsafat dan Cabang- cabang filsafat
6.
Mengetahui Pengertian Pengetahuan
7.
Mengetahui Apa itu Asumsi Dasar dan Ciri-ciri
Ilmu
8.
Mengetahui apa itu Ilmu dan Filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pokok Tentang
Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu
philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia,
yang terdiri atas dua kata yaitu philos (cinta) atauphilia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya
disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebutfailasuf.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata filsafat memiliki arti yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof adalah :
·
Upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang
seluruh realitas.
·
Upaya
untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
·
Upaya
untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya,
keabsahannya, dan nilainya.
·
Penyelidikan
kritis atas pengandaianpengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh
berbagai bidang pengetahuan.
·
Disiplin
ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk
mengatakan apa yang Anda lihat.
2.2. Cabang-
cabang filsafat
1.
LOGIKA.
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan yang harus
ditaati agar orang dapat berfikir tepat,teliti,dan teratur untuk mencapai
kebenaran.
2.
EPISTEMOLOGI.
Epistemologi salah satu cabang filsafat yang menyoroti dari sudut sebab
pertama,gejala pengetahuan dan kesadaran manusia
3.
KRITIK
ILMU. Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat
yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu,metode yang digunakan dalam
ilmu,tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak
termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat.
4.
ONTOLOGI.
Ontologi sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat
tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu “ada”.
5.
TEOLOGI
METAFISIK. Teori metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau logos(ilmu)tentang
Theos (Tuhan)menurut ajaran dan kepercayaan.
6.
KOSMOLOGI.
Kosmologi membicarakan kosmos atau alam semesta hal ihwal dan evolusinya.Filsuf
yang berperan antara lain Pitagoras,Plato dan Ptolemeus.
7.
ANTROPOLOGI.
Antropologi berkaitan dengan Filsafat manusia mempelajari manusia sebagai
manusia,menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya yang terdalam,sejauh
bisa diketahui mulai dengan akal budinya yang murni.
8.
ETIKA.
Etika atau Filsafat moral adalah bidang Filsafat yang mempelajari tindakan manusia.Etika
dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan
manusia,melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan
tujuan hidupnya.
9.
ESTETIKA.
Estetika sering juga disebut filsafat keindahan(seni),adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang pengalaman,bentuknya,hakikat keindahan yang bersifat
jasmani dan rohani.
10.
SEJARAH
FILSAFAT. Sejarah Filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para
pemikir besar,tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu,dan
aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu zaman atau suatu bagian
dunia tertentu
2.3.
Pengertian Pengetahuan
Mendefinisikan
pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah
pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal ini wajar
karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu
berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang
menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran
itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari.
Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan Ilmu merupakan
pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan
proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang
suatu sistem. Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode
ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”. Science atau tepatnya
Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila digandengkan dengan ilmu
pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi
teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara empiris ) dan prediktif (
menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya
bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris).
Pengetahuan dalam
pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato
(427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah. Manusia semenjak
lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk
menganalisa sesuatu itu. Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650)
sebagai tokoh rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak
percaya dengan inderawi karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat
berubah-ubah. Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah yang dapat
dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para
penganut Empirisme-Realisme menyanggah yang disampaikan oleh kaum Rasionalis.
Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman
yang universal bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang
pengamatan empiric manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum
yang universal itu muncul dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan
pengalaman inderawi.
2.4. Asumsi Dasar
Idealnya ilmu pengetahuan bebas
asumsi. Ini dikarenakan ilmu pengetahuan sebenarnya berasal dari kritik
terhadap filsafat idealisme yang selalu terjebak dalam asumsi. Ilmu pengetahuan
ingin membuang asumsi-asumsi yang tak berdasar dan menggantikannya dengan
sebuah pemikiran yang murni Induksi. Berasal dari pengamatan yang jelas tanpa
terjebak dengan teori-teori lalu yang bisa salah. Semua pernyataan harus dibuktikan
secara empiris.
Sayangnya hal semacam ini sangat
tidak mungkin. Ilmu pengetahuan akan selalu menyimpan asumsi di dalamnya. Dalam
sebuah percobaan seorang ilmuan tidak bisa tidak terperangkap dalam sebuah
kondisi sosio-historis-kultural. Misal, dalam sebuah percobaan beberapa orang
ilmuan mencoba mengetahui apa saja yang mempengaruhi titik didih sebuah benda.
Dia kemudian meletakkan air di sebuah teko besi dan merebus benda itu dengan
api. Kemudian berturut-turut mereka memakai teko perunggu, teko emas,
teko perak. Ini untuk menentukan apakah wadah mempengaruhi titik didih air.
Salah seorang filsuf lewat sambil mengorek-orek hidungnya. “Eh, kenapa kalian
merebus benda itu?”. Ilmuan-ilmuan itu kemudian menjawab “Eh, kami sedang
mengadakan percobaan dengan merebus benda itu?” Sang filsuf kemudian bertanya
“Tidakkah kalian pikir bahwa warna juga mempengaruhi, bagaimana kalau kalian
coba wadah dengan berbagai warna”. Para ilmuan tertawa “Mana mungkin warna
mempengaruhi titik didih”. Ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan penelitian
ilmuan sudah memiliki asumsi. Asumsi itu adalah bahwa beda jenis wadah akan
mempengaruhi titik didih api, bukan warna. Mereka juga tidak memilih penelitian
dalam berbagai bentuk wadah. Ini artinya sebelum penelitian dilakukan, mereka
sudah memiliki asumsi sehingga akan berpengaruh dengan penelitian.
Dari cerita di atas, asumsi dapat
diartikan sebagai dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berfikir
karena dianggap benar. Sedangkan pengertian asumsi dalam filsafat ilmu ini
merupakan anggapan/ andaian dasar tentang realitas suatu objek yang menjadi
pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang
diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau pihak
tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata
apa. Ernan McMullin seorang Professor Emeritus filsafat di Universitas of
Notre Dame, USA (2002) pun menyatakan tentang pentingnya keberadaan asumsi
dalam suatu ilmu pengetahuan, ia mengatakan bahwa hal yang mendasar yang harus
ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the
standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan
penelitian.
2.5. Ciri-ciri
Ilmu
Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia.
1.
Ilmu
adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2.
Ilmu
tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis
dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
3.
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang
mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis
4.
Di
pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah)
adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada
dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5.
Ciri
hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak
pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan
dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah
terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
6.
Kesatuan
setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
·
Teori
skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan objek
formal.
·
Objek
material adalah objek konkret yang disimak oleh ilmu
·
Objek
formal adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material.
·
Yang
mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang
sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
·
Pembagian
objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang terus bertambah.
2.6. Ilmu dan Filsafat
Ilmu
merupakan pengetahuan yang digeluti sejak di bangku sekolah sampai pada
pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada
diri kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana
saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
Karakteristik
berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia
ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya
Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak
secara fundamental.
1. Persamaan
filsafat dan ilmu
·
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
·
Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
·
Keduanya
hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
·
Keduanya
mempunyai metode dan system.
·
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
2. Perbedaan
Filsafat dan Ilmu :
·
Objekmaterial
(lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) bersifat
khusus dan Empirik.
·
Artinya:
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku, filsafat
tidak terkotak-kotak dalam disiplin ilmu.
·
Objek
formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
·
Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, objek
formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia
itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
·
Filsafat
dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error.
·
Oleh
karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedang kegunaan
filsafat timbul dari nilainya.
·
Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman
realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
·
Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan
sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary
cause).
3. Tujuan
Filsafat Ilmu :
1.
Mendalami
unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2.
Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis.
3.
Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4.
Mendorong
pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
5.
Mempertegas
bahwa dalam persoalan sumber dan tujuanantara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau
sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakniepiscmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang
berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun
1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on = being,
wujud, apa + logos = teori ), ontology (
teori tentang apa). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah
dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara
ilmiah.
Cabang-cabang filsafat ada :
logika,epistemologi, kritik ilmu,ontologi,teologi
metafisik,kosmologi,antropologi,etika,estetika,sejarahfilsafat.
Filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA